Terobosan SISMA di Bidang Teknologi Informasi

 17 April 2013    Dibaca: 1376 Pengunjung

Menyiasati kecanggihan teknologi masa kini menjadikan semua orang mau tidak mau harus siap dengan perkembangan teknologi dari hari ke hari semakin merajalela dan semakin canggih. Manusia dikejar teknologi, sebaliknya teknologi dikejar manusia. Kondisi saat ini yang nyata ada di lingkungan SMA Negeri 7 Denpasar. Ternyata bagai gayung bersambut mulai dari guru yang mendekati masa pensiun sampai guru yang muda-muda berlomba mengenal alat teknologi yang ada, seperti pemanfaatan OHP (Over Head Proyector), komputer/ Laptop, LCD, dan visualizer. Kerja keras dari semua itu, beraplikasi pada semua guru harus mampu menyetor nilai menggunakan media ini, menganalisis nilai rapor, memberi remidi maupun pengayaan, serta penulisan soal harus dengan alat canggih tersebut dari guru yang bersangkutan. Belum lagi Sisma sebagai sekolah model sangat mempersiapkan diri untuk guru mengajar menggunakan laptop dan LCD yang sudah dipasang di seluruh kelas awal tahun 2011 ini, yang sebelumnya atau tahun lalu hanya terpasang pada kelas sepuluh saja.

Konsep memajukan sekolah dengan alat canggih berupa teknologi, bukan berarti Sisma akan melupakan budaya yang ada di daerah ini. Kebudayaan Hindu-Bali tetap menjadi prioritas yang tidak dipandang sebelah mata. Terbukti pencanangan gagasan ‘Gebyar Budaya’ yang dimotori Wali Kota Denpasar, Bapak Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, S.E., M.Si. yang direalisasi lewat peresmian ‘Rumah Pintar’ tahun 2009 lalu melalui Dinas Pendidikan Kota Denpasar, yang dimotori Bapak I Gusti Lanang Jelantik selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Denpasar, yang didukung oleh seluruh sekolah yang ada di kota Denpasar, mulai jajaran SD sampai SMA. Keberadaan ‘Gebyar Budaya’ oleh Depdiknas kota Denpasar yang banyak melibatkan Sisma dalam pelaksana penyelenggara memberikan bukti betapa Sisma dengan seriusnya mendukung gagasan untuk tetap peduli dengan gagasan cemerlang itu. Gebyar budaya yang diprakarsai Beliau, direalisasikan oleh Sisma dengan melakukan kegiatan di sekolah, dengan selalu mengedepankan ‘Budaya menyama braya’ dalam konteks ajang perayaannya yang sudah berlangsung dua kali di SMAN 7 Denpasar ini, pada kegiatan tahun pertama di ajang gebyar budaya yang diketuai CIM Kusuma Widiawati, sempat dihadiri Bapak Wali Kota beserta jajaran dinas pendidikkan Kota Denpasar. Beliau sangat antusias dengan kebolehan anak-anak memainkan peranannya dalam kegiatan ini, seperti adanya lomba membuat canang sari, kuangen, sanggah cucuk, klakat, kulkul, kebersihan kelas, membuat gebogan, membuat daksina tapakan, ngelawar, memainkan alat musik rindik, geguntangan, tari-tarian, mawirama, makidung, sembahyang bersama, dsbnya. Kegiatan yang sangat sederhana namun penuh dengan keakraban antara guru dan murid menyatu berbaur. Pada ajang tahun kedua ‘Gebyar Budaya’ yang diketuai Drs. Sugita, Sisma tidak kalah inovatifnya dalam mengembangkan ajang lomba yang berwawasan budaya, yaitu mengetengahkan lomba membuat sate lilit, ngelawar, membuat pejati, membuat klakat, sembahyang bersama, dsbnya. Keakraban terjadi mana kala sehari sebelum puncak ‘gebyar budaya’ para guru dan pegawai yang dimotori kepala sekolah dan para wakil kepala sekolah, melakukan kegiatan ngelawar di sore hari, meriah, suasana tawa dan santai menyatu.

Keakraban menyambut gebyar budaya kota Denpasar dengan acara-acara seperti itu menggambarkan bahwa Wali kota Denpasar benar-benar mengimplementasikan pendidikan berkarakter bangsa yang telah setahun yang lalu dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh pada saat Hari Pendidikan Nasional. Dan pada hari Pendidikan Nasional 2 Mei Tahun 2011 ini, pendidikan karakter bangsa telah pasti dan harus diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah, baik mulai dari pendidikan usia dini (Paud) sampai perguruan tinggi lewat berbagai mata pelajaran maupun mata kuliah, baik dalam lingkungan formal maupun nonformal. Keberadaan ini sangat pas dengan keseriusan Bapak Wali mengedepankan keajegan budaya Bali, yang sudah merupakan satu kesatuan dengan pencanangan tersebut.

 

Perkembangan teknologi dan keajegan budaya Bali berkembang sejalan dengan misi dan visi Sisma. Teknologi yang paling ‘gres’ dimiliki sisma saat ini adalah keberadaan alat VISUALIZER yang dimiliki SMAN 7 Denpasar atas bantuan‘Depdiknas dan Pustekom’ untuk tujuh sekolah yang ada di seluruh Indonesia, dan satu-satunya di Bali. Pelatihan dan penerimaan alat untuk Sisma ini (11 s.d. 12 Mei 2011 di Ciputat, Jakarta) telah diwakili oleh tiga guru (Ida Bagus Apriyana, Ketut Muditha, dan CIM Kusuma Widiawati) yang ditugaskan sesuai surat dari Pustekom yang meminta seorang guru TI, Science, dan bahasa) untuk berangkat ke Jakarta dan kelak mampu mentransfer cara mengoperasikan alat tersebut kepada seluruh guru yang ada di SMAN 7 Denpasar.

 

Keberadaan visualizer ini sangat bermanfaat untuk membantu proses pembelajaran di kelas dengan metode CRS (solusi di ruang kelas/class room solution). Lebih rinci dapat membantu:

1) waktu mengajar diperpendek,

2) mempersingkat persiapan pengajaran,

3) mengembangkan kreativitas mengajar, dan

4) menggabungkan teknologi dengan cara mengajar, sehingga: interaktif antara guru dan murid meningkat; meningkatkan kualitas perhatian siswa (tidak membosankan); dan nilai rapor mampu meningkat.

 

Alat ini terdiri dari solf were, visualizer, danwereless tablet/ pengakses dokumen yang dapat digunakan ketika berada di sekitar siswa, dan untuk mengontrol computer/ laptop guru. Perekaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan gambar (semacam animasi) dan direkam diam. Lebih rinci alat ini terdiri atas visualizer, pointer, USB, carger, USB server, baterai manual, pulpen penulis, sperpack pulpen, dll.

Dengan keberadaan alat tersebut semoga Sisma ke depannya mampu memperlihatkan kemajuan ke arah yang lebih baik, yang tentunya kebaikan dari segala menjuru menjadi harapan semua pihak. (CIM)

TAGS :